Jika aku jatuh cinta
Malam terasa begitu hening saat haura terbangun dari mimpi indahnya. Perlahan namun pasti kedua matanya mulai terbuka dan menatap langit-langit kamarnya. Putih agak kecokelatan berhiaskan jejak rembesan air akibat genteng bocor dikala hujan. Maklumlah rumahnya termasuk kategori tua, karena ia telah menempatinya sejak ia masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak. Hingga saat ini pun belum dipugar karena memang belum ada kesempatan dan ia merasa belum cukup penting untuk itu. "Yang penting masih aman untuk ditinggali dan nyaman untuk ditempati itu sudah cukup paman" katanya lembut, saat menanggapi himbauan pamannya agar rumah itu dipugar saja biar terlihat layak (sedikit mewah) menurut kacamata sang paman. Pamannya tidak melanjutkan lagi himbauannya karena ia tahu watak ponakan kesayangannya itu. Ya apalagi kalo bukan watak Haura yang tak akan mengubah jalan pikirannya tanpa alasan yang jelas dan masuk akal. Toh sedikit banyaknya pak wiryo (paman haura) tahu kalo haura itu memang tidak akan gegabah dalam bertindak. Ini pernah dibuktikannya saat harus mengambil keputusan dalam pengelolaan toko keluarga yang ia percayakan padanya. Sejak dikelola haura toko tersebut maju pesat. Dan mulai saat itu sang paman tidak lagi mengungkit-ungkit masalah pemugaran rumah warisan Bagus Kusumo (kakek haura).
"Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkanku setelah mematikanku" gumamnya perlahan. Tak berselang berapa lama ia pun mulai mengarahkan pandangannya pada dinding di sebelah kananya. Sepertinya ini adalah pertanda bahwa semua nyawanya telah terkumpul. Matanya mulai mencari-cari sosok jarum dalam lingkaran yang tak pernah bosan berjalan menyusuri angka-angka 1 - 12 setiap harinya kecuali jika power suplynya habis dan ia pun lupa menggantinya dengan yang baru. "Pukul dua" seruanya dalam hati. Wajahnya terlihat puas dengah senyum merakah di bibirnya. Ia pun bersegera meninggalkan tempat tidurnya dan berjalan keluar menuju teras. Di teras rumahnya yang menghadap barat, ia duduk sambil menatap wajah sang malam. Ditemani bintang yang kerap kali menemaninya dikala malam-malam saat ia benar-benar mengagumi ciptaan yang maha kuasa. "Subhanallah indahnya langit malam ini" hanya itu yang bisa ia ungkapkan sebagai bentuk syukur atas anugerah malam yang cerah. Kebiasannya ini (menikmati wajah malam) dimulai sejak ia membaca tafsir QS Al Munziah (nama lain QS Al Mulk (kerajaan)). "Yang telah menciptakan tujuh lapis langit. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Lihatah berulang-ulang. Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?" (QS 67 : 3). Biasanya ia melakuan kegiatan ini sebelum ia berkholwat dengan sang penciptanya (Qiyamul lail).
Kokok ayam jantan mulai terdengar dari sebeleh timur, disambut dengan suara ayam-ayam jantan yang lain hingga menimbulkan harmoni kokok jantan bersahut-sahutan. Merdu terdengar di telinga malam. Angin pun berdesir lembut membelai kulit haura yang masih tetap menatap wajah malam yang cerah. Tak berselang berapa lama harmoni kokok jantan pun melemah dan akhirnya berhenti. Entah apa mungkin karena pita suara mereka sudah cape atau memang mereka juga mulai menikmati wajah malam yang cerah itu. Ada sesuatu yang beda malam itu yang haura rasakan. Baru kali ini ia melihat awan berarak, bergerombol menuju arah kiblat dimalam hari. Yang perlu digaris bawahi adalah malam harinya dan awan itu terlihat begitu jelas, tak hanya sekedar siluet. "Subhanallah" cuma kata-kata itu yang bisa keluar dari bibirnya, serta decak kagum yang tiada henti-hentinya. Meskipun iring-iringan awan itu hanya sebentar, namun ia telah menghiasi langit malam itu memberikan suasana syahdu nan mempesona bagi haura sang pencinta wajah malam. "Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu berbalik kepadamu tanpa menemukan sesuatu cacat, lagi pula penglihatanmu itu dalam keadaan payah." QS 67 : 4
"Cukuplah energi pembangkit kekhusuan malam ini" serunya dalam hati. "Dan kini tiba waktunya bagi ku tuk bermunajat pada kekasih hatiku" lanjutnya. Ah betapa rindu hati tak terbendung tuk mengungkapkan segenap rasa dijiwanya. Haura pun beranjak dari tempat duduknya tuk berwudhu dan menggenapkan rutinitas malamnya. Rutinitas tuk bercengkrama pada kekasih hatinya, menumpahkan unek-uneknya, bermunajat memohon pertolongan dan kebaikan dalam hidup. Karena hanya pada Kekasihnya ini haura mampu membuka segenap rasa yang ada dijiwanya.
Lama ia terpakur dalam doa yang ia panjatkan. Tuk segala anugerah Allah yang tiada pernah bertepi dan senantiasa menghampiri dirinya. Tuk segala harap yang ia sandarkan pada Sandaran yang Maha Kuat ini. Bibirnya pun mulai melantunkan harapan-harapannya itu.
“Ya Allah, ampunilah dosaku, dan dosa kedua orang tuaku sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku semenjak kecilku.
"Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkanku setelah mematikanku" gumamnya perlahan. Tak berselang berapa lama ia pun mulai mengarahkan pandangannya pada dinding di sebelah kananya. Sepertinya ini adalah pertanda bahwa semua nyawanya telah terkumpul. Matanya mulai mencari-cari sosok jarum dalam lingkaran yang tak pernah bosan berjalan menyusuri angka-angka 1 - 12 setiap harinya kecuali jika power suplynya habis dan ia pun lupa menggantinya dengan yang baru. "Pukul dua" seruanya dalam hati. Wajahnya terlihat puas dengah senyum merakah di bibirnya. Ia pun bersegera meninggalkan tempat tidurnya dan berjalan keluar menuju teras. Di teras rumahnya yang menghadap barat, ia duduk sambil menatap wajah sang malam. Ditemani bintang yang kerap kali menemaninya dikala malam-malam saat ia benar-benar mengagumi ciptaan yang maha kuasa. "Subhanallah indahnya langit malam ini" hanya itu yang bisa ia ungkapkan sebagai bentuk syukur atas anugerah malam yang cerah. Kebiasannya ini (menikmati wajah malam) dimulai sejak ia membaca tafsir QS Al Munziah (nama lain QS Al Mulk (kerajaan)). "Yang telah menciptakan tujuh lapis langit. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Lihatah berulang-ulang. Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?" (QS 67 : 3). Biasanya ia melakuan kegiatan ini sebelum ia berkholwat dengan sang penciptanya (Qiyamul lail).
Kokok ayam jantan mulai terdengar dari sebeleh timur, disambut dengan suara ayam-ayam jantan yang lain hingga menimbulkan harmoni kokok jantan bersahut-sahutan. Merdu terdengar di telinga malam. Angin pun berdesir lembut membelai kulit haura yang masih tetap menatap wajah malam yang cerah. Tak berselang berapa lama harmoni kokok jantan pun melemah dan akhirnya berhenti. Entah apa mungkin karena pita suara mereka sudah cape atau memang mereka juga mulai menikmati wajah malam yang cerah itu. Ada sesuatu yang beda malam itu yang haura rasakan. Baru kali ini ia melihat awan berarak, bergerombol menuju arah kiblat dimalam hari. Yang perlu digaris bawahi adalah malam harinya dan awan itu terlihat begitu jelas, tak hanya sekedar siluet. "Subhanallah" cuma kata-kata itu yang bisa keluar dari bibirnya, serta decak kagum yang tiada henti-hentinya. Meskipun iring-iringan awan itu hanya sebentar, namun ia telah menghiasi langit malam itu memberikan suasana syahdu nan mempesona bagi haura sang pencinta wajah malam. "Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu berbalik kepadamu tanpa menemukan sesuatu cacat, lagi pula penglihatanmu itu dalam keadaan payah." QS 67 : 4
"Cukuplah energi pembangkit kekhusuan malam ini" serunya dalam hati. "Dan kini tiba waktunya bagi ku tuk bermunajat pada kekasih hatiku" lanjutnya. Ah betapa rindu hati tak terbendung tuk mengungkapkan segenap rasa dijiwanya. Haura pun beranjak dari tempat duduknya tuk berwudhu dan menggenapkan rutinitas malamnya. Rutinitas tuk bercengkrama pada kekasih hatinya, menumpahkan unek-uneknya, bermunajat memohon pertolongan dan kebaikan dalam hidup. Karena hanya pada Kekasihnya ini haura mampu membuka segenap rasa yang ada dijiwanya.
Lama ia terpakur dalam doa yang ia panjatkan. Tuk segala anugerah Allah yang tiada pernah bertepi dan senantiasa menghampiri dirinya. Tuk segala harap yang ia sandarkan pada Sandaran yang Maha Kuat ini. Bibirnya pun mulai melantunkan harapan-harapannya itu.
“Ya Allah, ampunilah dosaku, dan dosa kedua orang tuaku sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku semenjak kecilku.
Ya Allah, ku mohonkan pada Mu untuk memberikah hidayah pada semua keluargaku dan orang-orang yang bersentuhan dengan ku, jadikanlah aku medium yang baik tuk menyampaikan hidayah-Mu.
ya Allah, ku mohonkan padaMu kemudahan tuk sahabat-sahabatku yang kini sedang menantikan soulmate yang telah Engkau ciptakan untuknya. Berikan yang terbaik wahai Allah, agar mereka senantiasa mampu meraih sakinah, mawadah, dan warohmah dalam rumah tangganya, Jagalah hati mereka agar terus berada di jalan lurus Mu ini.
Ya Allah, yang maha penyayang, Sembuhkanlah suami sahabatku yang kini sedang terbaring dalam sakit yang Engkau ujikan padanya. Berikanlah kesabaran pada sahabatku itu dalam menghadapi ujian Mu ini.
Wahai Allah, cinta sejatiku, Ku mohon padamu kemudahan rizki tuk sahabatku yang dalam waktu dekat ini akan menggenapkan 1/2 diennya. Hembuskanlah kasih sayang Mu di antara keduanya, agar mereka menjadi pasangan yang sejuk menyejukan satu dengan lainnya.
....
Amin
setelah ia melantunkan doa tuk orang tuanya, sahabat-sahabatnya, dan segenap jiwa-jiwa yang dikenalnya, ia pun tak melupakan diri tuk memohon pada Allah akan segala harapan tuk dirinya yang lemah dan penuh kehilafan, toh Allah tidak akan pernah suka dengan manusia-manusia yang sombong (tidak berdoa pada-Nya)...
" ya Allah, jika aku jatuh cinta, cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada-Mu.
ya Muhaimin, jika aku jatuh cinta, jagalah cintaku padanya agar tidak melebihi cintaku pada-Mu.
ya Allah, jika aku jatuh hati, izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya terpaut pada-Mu, agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu.
ya Robbana, jika aku jatuh cinta, jagalah hatiku padanya agar hatiku tidak berpaling dari Mu.
ya Robbul'izzati, jika aku rindu, rindukanlah aku pada seseorang yang merindu Syahid di jalan-Mu.
Allah, jika aku rindu, jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku dalam merindukan syurga-Mu.
ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu, janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat disepertiga malam terakhir-Mu.
ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu, jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang menyeru manusia kepada-Mu.
ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu, jangan biarkan aku malampaui batas hingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-Mu. Amien...
Perlahan-lahan langit malam itu pun menjadi cerah berhiaskan rona jingga tersambut fajar yang kan segera bertandang. Dan haura masih saja khusu' dalam lantunan harapannya...
Terinspirasi dari souvenir yang didapat penulis yang didalamnya terdapat doa "jika aku jatuh cinta"
Labels: Cerpen
0 Comments:
Post a Comment
<< Home