Wednesday, December 16, 2009

Bincang-bincang kamandanu

Bincang-bincang ini saya dapati dalam sebuah perjalanan pulang menggunakan kamandanu.

Sumber: tempat anak saya sekolah saat ini, dulunya adalah sekolah yang tak dilirik oleh orang-orang di kampung saya (grobogan). Namun kini, semua orang berbondong-bondong ingin menyekolahkan anaknya ditempat ini.

Saya: Memang itu sekolah apa pak?

Sumber: Madrasah Negeri, Bahkan untuk sekolahnya saja gratis, tp tetap saja peminatnya sedikit, rata-rata kurang dari 30 orang setiap tahunnya, bahkan terkadang cuma 15 orang (jadi kebayang sekolahnya bu muslimah di laksar pelangi Mewek..). Tapi alhamdulillah, sudah 4 tahun ini sekolah kami memiliki kelas rata-rata 2kelas. (wah ini berarti banyak peminatnya Sip, mantap!)

Saya: Gimana caranya pak? kok sampai bisa berubah 180 derajat seperti itu? Hmmm

Sumber: Pertama2 guru-guru disekolah kami merekonstruksi cara berpikirnya  menjadi "Guru adalah model/percontohan/tauladan bagi siswa" untuk itu guru harus datang lebih awal dan melihat semua siswa yang datang pada hari itu, kemudian memandang wajah mereka dengan senyuman terbaik dan memberi perhatian yang cukup.

saya: lalu apa lagi pak?

Sumber: kami masuk jam 7 tepat. tapi kami tidak langsung memulai pelajaran.

saya: loh (terbengong2) trus ngapain pak?

Sumber: selama 15 menit kami bersama-sama mendengarkan tilawah al-quran ataupun senandung hatam Qur'an. Relevansinya adalah sebagai berikut: Setiap anak yang datang ke sekolah kami berada dalam level sosial yang berbeda-beda sehingga juga membawa dampak psikologis yg berbeda-beda, mungkin ada pada hari itu yg dimarahi oleh orang tuanya, tapi  mungkin juga ada yang hari itu mengalami kesenangan. Untuk itu kita harus menyamakan frekuensi mereka. agar mereka siap menerima pelajaran dan tidak terkaget2 dengan pelajaran yang ada. (wah saya jadi ingat dulu waktu sekolah gak ada tuh acara pemanasan sebelum belajar, yang ada malahan jam pelajaran pertama guru killer -julukan dr teman2- datang menghampiri memberikan pelajaran).

saya: (masih terdiam mendengarkan cerita bapak itu)

Sumber: pada waktu istirahat, di sekolah kami dilakukan sholat duha berjamaah secara bergiliran kelas. Fungsinya adalah menenangkan otak mereka kembali setelah pelajaran yang ada.

Saya: Bagaimana dengan aktivitas pertanian pak? Bukankah wilayah bapak adalah wilayah pertanian? saya khawatir kalo-kalo pelajaran yang ada hanya malah membuat keinginan siswanya tuk jadi penghuni kota dan tak mau mengembangkan agribisnis desanya. padahal kan petani2 kita yg ada saat ini sudah berusia lanjut -ironis memang-.

Sumber: itulah yang juga kami pikirkan, alhamdulillahnya sekolah kami memiliki sebidang tanah yang bisa digunakan sebagai tempat praktek para siswa untuk membibit, menanam, dan memanen padi. Dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan tingkatan kelas yang ada. selain tempat sawah, kami juga memiliki tempat untuk berkebun. Masing-masing siswa punya tanaman masing2 yang suatu saat bisa dipetik bersama2.

Saya: subhanallah pak, saya salut dengan sekolah bapak, yang dulunya tidak dilirik sekarang menjadi salah satu sekolah favorit dalam kurun waktu 4 tahun terakhir.

Sumber: Kuncinya adalah guru dan orang tua murid -yang dalam hal ini diwakili oleh komite orang tua- saling bersinergi menciptakan tujuan output sekolah yg berkualitas, dimulai dari komitmen semua guru tuk memberikan yang terbaik bagi siswa dengan hati yang ikhlas. dilanjutkan dengan adanya materi bahan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik wilayah kami.

*** masih banyak pembicaraannya tp ini aja dulu yang dishare*** (padahal cape ngetiknya Ngikik.. Ngikik.. Ngikik..)


keterangan: Sumber diatas adalah salah seorang dari komite sekolah di Madrasah Negeri Grobogan tersebut.

Labels:

2 Comments:

At 10:53 AM , Blogger Winy said...

kamandanu maksudnya apa bu?

 
At 2:21 PM , Blogger aisyah_muwaffaqah said...

Kamandanu itu Kereta Malam dari Stasiun Tawang Semarang ke Gambir jakarta bu

 

Post a Comment

<< Home