Wednesday, April 30, 2008

Mendidik dengan cinta


mendidik dengan cinta


akhirnya kuputuskan juga untuk mulai menuliskan serial tarbiatul aulad. setelah sekian lama tertunda (1 tahun lebih banyak ;))) dan yang saat ini yang pertama kali ingin kutulis adalah mendidik dengan cinta...

Mendidik putra-putri kita memerlukan seni yang cakap dalam pengejawantahannya. Karena putra-putri kita adalah amanah yang Allah berikan pada kita agar kita dapat mencapai ridhaNya. Putra-putri kita juga adalah permata dunia yang menyejukan hati kita dikala resah, membangkitkan semangat juang kita dikala mengendur, dan mengekspresikan kasih sayang kita sebagai wujud dari eksistensi kita sebagai manusia. Namun seni yang seperti apa yang harus diimplementasikan untuk nya? seni yang penuh cinta itu jawabannya.

mendidik dan cinta adalah dua hal yang saling bersinergi dalam membentuk kepribadian yang indah. Memang cinta itu benar-benar indah meskipun ia tak pernah bisa didefinisikan dengan kata-kata. namun demikian ia bisa dirasakan dalam berbagai bentuk ruang dan waktu. Dan tentunya, sebagai orang tua yang dikaruniai putra-putri yang lucu-lucu maka sudah sepatutnyalah menjadikan cinta sebagai nafas dalam mendidik mereka. "hingga nafas cintamu mampu meniup kuncup putra-putrimu menjadi bunga"1

mengapa harus dengan cinta?
karena cinta adalah energi yang dasyat
ia seperti ombak yang mampu mengikis karang yang kokoh
ia seperti cahaya yang mampu menerangi kegelapan
ia seperti udara yang dibutuhkan dalam kehidupan

dan seterusnya karena begitu banyak metafor untuk cinta
Dan karena hanya dengan cinta kita menjadi siap untuk menerima beraneka ragam karakteristik putra-putri yang Allah anugrahkan pada kita. Cinta adalah engergi sebelum teknis-teknis mendidik itu digulirkan.

Hakikat cinta adalah memberi. Dengannya, kita akan mampu memberi apa saja yang diperlukan oleh putra-putri yang kita cintai untuk tumbuh menjadi lebih baik dan berbahagia karenanya. Memberi perhatian yang tulus dari lubuk hati kita, memberi pemahaman pada diri kita akan mereka, memberi penghargaan yang layak untuk mereka, memberi kepekaan hati kita untuk mereka, memberi tutur kata yang lembut untuk mereka, memberi kejernihan akhlak agar mampu bertindak pantas pada mereka, dan memberi produktifitas kita untuk mereka agar tumbuh lebih baik dan berbahagia karena cinta kita.

Dengan pribadi penuh cinta (untuk dapat mendidik dengan cinta) diharapkan kita akan mampu mereduksi sakit hati yang mungkin saja timbul jika kita mendidik mereka atas dasar kekerasan. Dengannya pula kita belajar bersabar atas kenakalan-kenalakan yang mungkin saja ditimbulkan oleh putra-putri kita itu, kita belajar meneguhkan hati agar terus merawat jiwa mereka, kita belajar melindungi agar mereka mampu survive dalam mengarungi samudera kehidupan, kita belajar menjadi pribadi yang matang agar cinta yang kita pancarkan adalah cinta yang sempurna. Cinta yang luhur yang akan melahirkan pribadi yang luhur. karena keluhuran selalu lahir dari mata air cinta. Sebab cinta adalah gerak jiwa sang pencinta kepada yang dicintainya, kata Ibnul Qoyyim.2

Dan ternyata Rasulullah pun memperlakukan putra-putri dan cucu Beliau dengan penuh cinta. Hal ini bisa dilihat dari berapa penggalan kisah berikut ini.

Bara' pernah melihat Rasulullah menggendong Hasan sambil berdoa, "Ya, Allah. Aku sungguh mencintainya, maka cintailah ia".

Beliau juga pernah berdoa, "ya Allah. Aku sungguh mencintainya. Maka cintailah siapa pun yang mencintainya."

Rasulullah terlihat bahagia bermain-main dan menggendong kedua cucu beliau itu. Usamah ibnu Zaid bercerita, "Suatu malam aku mendatangi Rasululah di kediamannya. Beliau menemuiku dengan mendekap sesuatu yang tidak ku ketahui apakah itu. Setelah seleai dengan keperluanku, aku bertanya "Apa yang engkau dekap itu, Rasulullah?" Beliau memperlihatkannya kepadaku. Ternyata itu adalah Hasan dan Husain yang sedang bergelayut di tubuh Rasulullah. Lalu beliau berkata "Dua anak ini adalah cucuku, anak dari putriku. ya Allah, aku sungguh mencintai dua cucuku ini. Maka cintailah keduanya dan cintai orang yang mencintai keduanya."3

Jika Rasulullah mendidik putra-putrinya dengan cinta mengapa kita yang mengikrarkan diri sebagai pengikutnya tidak mau mengikuti cara mendidiknya?
footnote
1. menggubah kata-kata muhammad iqbal untuk gurunya
2. terinspirasi dari serial cinta tarbawi oleh anis mata
3. kutip dari buku khadijah the true love story of muhammad

29 april 2008


Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home